Mali’ Siparappe Tallang Sipahua’

Indonesia yang dulunya dikenal sebagai Nusantara adalah negara yang terdiri atas 1.340 suku bangsa dan 726 bahasa daerah. Dari jumlah tersebut, tidak diragukan lagi bahwa Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan keberagaman budaya luhur yang sampai saat ini tetap dipertahankan dan dilestarikan keberadaannya sebagai bukti dan bentuk pegakuan bahwa suku tersebut ada. Budaya luhur atau yang lebih dikenal sebagai kearifan lokal dapat didefinisikan sebagai suatu kekayaan budaya lokal yang mengandung kebijakan hidup; pandangan hidup (way of life) yang mengakomodasi kebijakan (wisdom) dan kearifan hidup.

Di Sulawesi Sealatan, khususnya di kabupaten Bulukumba tentunya juga terdapat kearifan lokal yang terus dipertahankan keberadaanya sampai saat ini. Kearifan lokal daerah ini dikemas dalam kalimat Mali’ Siparappe Tallang Sipahua’. Kalimat ini meiliki makna “Jika hanyut sama-sama terdampar, jika tenggelam sama-sama terapung”. Ungkapan tersebut mencirikan dua suku besar yang ada di Bulukumba yakni Suku Bugis di bagian Barat dan Suku Konjo (mirip dengan Suku Makassar) di bagian Timur.

Zaman dulu, semboyan Tallang Sipahua’ yang berarti ‘Jika tenggelam, sama-sama terapung’ lahir dan berkembang di Bulukumba wilayah Timur. Karena pada saat itu, hampir dari keseluruhan masyarakat Bulukumba menghuni wilayah pesisir pantai dan terkenal sebagai pelaut ulung. Dalam berlayar mereka memiliki tekad yang kuat untuk sampai / menyelesaikan tujuan sebelum kembali. Akan tetapi selama mereka berlayar, mereka tidak egois, apapun yang terjadi pada salah satu diantara mereka adalah tanggung jawab mereka bersama-sama. Oleh karena itu, mereka mengambil perumpaan yang dekat dengan kesehariannya sebagai gambaran semangat persatuan mereka.

Kebiasaan berlayar yang dilakukan masyarakat dan ketidaktahuan mereka tentang bagaimana cara bertahan hidup di dataran tinggi menyebabkan daerah dataran tinggi masih jarang bahkan hampir tidak ada yang menempati. Namun seiring bertambahnya pengetahuan dan kebutuhan manusia, masyarakat berangsur-angsur mendiami daerah dataran tinggi. Kemudian diperkenalkanlah kalimat Mali’ Siparappe yang berarti ‘Jika hanyut, sama-sama terdampar’ yang berkembang di Bulukumba wilayah Barat. Dan akhirnya saat ini, kalimat Mali Siparappe Tallang Sipahua’ dirangkaikan sebagai semboyan dan kearifan lokal masyarakat Bulukumba.

Masyarakat Bulukumba berharap dengan adanya semboyan ini, mereka dapat melanjutkan kebiasaan leluhurnya yang memiliki tekad yang kuat dan tanggung jawab bersama dalam menghadapi segala kondisi, baik suka maupun duka untuk bisa saling mendukung dalam memicu semangat bersatu generasi lanjut.

Berita Intra Kampus ITB

AMI 2015: Bantu Wujudkan Mimpi Anak Indonesia tuk Mengenyam Pendidikan Tinggi

BANDUNG. Sebagai dukungan penuh akan program pemerintah Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri 2015 (SNMPTN 2015), Keluarga Mahasiswa ITB (KM ITB) kembali menyelenggarakan acara Aku Masuk ITB 2015 (AMI 2015) dengan periode September 2014 – Mei 2015. Seperti acara tahun sebelumnya, AMI 2015 melibatkan lebih dari 1800 mahasiwa ITB yang mendatangi lebih dari 2000 siswa sekolah menengah atas di 34 provinsi Indonesia.

Tim Diseminasi Khusus, Pejuang AMI untuk Daerah

Salah satu program yang menarik dan baru di AMI 2015 adalah Diseminasi Khusus. Diseminasi khusus adalah tim yang dibentuk untuk membawakan motivasi dan informasi ke propinsi yang belum bisa dijangkau oleh mahasiswa ITB. Motivasi yang dibawah adalah motivasi pentingnya pendidikan tinggi. Informasi yang dibawah tentang kesempatan melanjutkan studi ke pendidikan tinggi, di ITB khususnya. Terdapat 9 provinsi yang didatangi oleh AMI dengan berbagai tim, Tim Bintang Borneo untuk Kalimantan Tengah dan Kalimantan Utara, Tim Beta Ganesha untuk Maluku dan Maluku Utara, perwakilan putra daerah untuk Papua, Papua Barat, dan NTB, lalu untuk Sulawesi Barat dan Gorontalo langsung ditangani oleh ketua AMI 2015 yaitu Munawir Bintang Pratama (Teknik Kelautan 2012), yang juga merupakan putra daerah untuk provinsi Sulawesi Selatan.

Berbagai kisah tertuang dalam tim diseminasi khusus, pernak-pernik pengalaman mengiri perjalanan yang punya kesan dan pesan tersendiri. Berbagai hambatan harus dilalui tim ini seperti tidak tahu kondisi di lapangan, akomodasi, sampai bahasa daerah. “Target kami untuk tim ini 10 sekolah per provinsi. Banyak cerita baik kondisi yang lebih tepatnya mengharukan. Contoh, ada salah satu SMA di Palangkaraya yang siswa kelas tiganya hanya berjumlah 12 orang, padahal sekolah ini termasuk sekolah unggulan,” cerita Munawir. Kedatangan tim ini juga disambut baik oleh masyarakat sekitar. Sesampai di Ambon, apa yang dibawa oleh Tim Beta Ganesha diliput oleh media massa daerah dan nasional.

Datang dan Kembali ke Daerah

Kenyataan bahwa tidak semua anak Indonesia bisa atau ingin melanjutkan pendidikan tinggi ternyata masih perlu ditingkatkan, khususnya daerah-daerah di luar Pulau Jawa. Menurut Munawir, dari hasil kunjungan Diseminasi Khusus yaitu masih banyak anak SMA/MA/SMK yang belum melanjutkan studi karena kurangnya info mengenai perguruan tinggi, pandangan bahwa kuliah bukan kebutuhan primer dan mahal bahkan terkesan membuang-buang uang juga sering dijadikan alasan untuk tidak melanjutkan studi, dan juga distribusi informasi terkait perguruan tinggi yang dipahami oleh tenaga pendidik di daerah juga belum merata.

Poin penting yang ingin dibawa oleh AMI 2015 sebetulnya adalah bagaimana menjual mimpi pada anak-anak Indonesia, bahwa melanjutkan pendidikan tinggi itu penting, dimanapun universitasnya tidak harus di ITB. Dengan terselenggaranya AMI, adanya harapan bahwa putra daerah yang telah berkuliah, setelah lulus dapat kembali dan membangun daerahnya. “Pendidikan tinggi bukanlah hal yang elit, tapi pendidikan tinggi adalah investasi masa depan seseorang untuk negara. Investasi tersebut dapat dimulai dari pembangunan daerah oleh putra daerahnya masing-masing. Disinilah peran AMI, menjual mimpi anak Indonesia,” tutup Munawir.
Sumber: www. itb.ac.id

Gema Aksara, Pendidikan Perlu Jadi Gerakan

BANDUNG, itb.ac.id – Menyiapkan generasi emas Indonesia pada masa bonus demografinya sudah harus dimulai. Tidak hanya menyiapkan diri untuk bersaing secara global, tetapi juga harus mampu berkontribusi untuk menyiapkan anak-anak usia dini yang kelak menjadi penerus bangsa. Salah satunya adalah melalui pendidikan. Skhole ITB menanggapi hal tersebut dengan melaksanakan ‘Gema Aksara’, Generasi Emas Aksi dalam Suara pada Sabtu (24/01/15) di Aula Barat ITB dan Lapangan Teknik Sipil.

Gema Aksara terdiri dari dua mata acara yaitu talkshow pendidikan bertajuk ‘Generasi Manusia Indonesia 2045’ dan Wahana Cipta Karya serta pameran Wahana Karsa. Talkshow yang dimulai pukul 09.00 WIB ini mengundang Suhaeni Kudus (Education Specialist for Basic Education Programmers UNICEF), Saskia Raisha Putri (UNICEF), dan Herry Dharmawan (Alumni Indonesia Mengajar IV). Selanjutnya peserta dan komunitas pendidikan se- Bandung diajak untuk membuat 1000 alat peraga pendidikan yang akan dibagikan ke rumah belajar himpunan mahasiswa jurusan ITB, serta rumah belajar yang ada di Bandung dan sekitarnya.

Gema Aksara dilaksanakan muncul dari kegelisahan mengenai Indonesia untuk tahun-tahun ke depan yang memerlukan pemimpin yang bisa menjadi teladan karena memiliki karakter. Fitriawati (Perencanaan Wilayah dan Kota 2012), Kepala Sekolah Skhole ITB, mengungkapkan bahwa cerminan bangsa Indonesia ke depannya bergantung dari generasi kini. “Jangan mengecam generasi masa depan jika kita sekarang hanya berdiam diri dan tidak ikut andil dalam pendidikan mereka,” ungkapnya. Karena, baginya, pendidikan bukan hanya perkara intelektual, namun juga mengenai moral yang perlu diteladani.

Sumber: itb.ac.id

Kadarsah Resmi Menjabat Sebagai Rektor ITB Periode 2015-2020

BANDUNG, Seiring dengan digelarnya sidang terbuka Majelis Wali Amanat (MWA) ITB pada Selasa (20/01/15) bertempat di Aula Barat, Kadarsah Suryadi resmi menjabat sebagai rektor baru ITB . Sidang pelantikan Kadarsah sebagai rektor pengganti Akhmaloka dilangsungkan pada pukul 09.00-11.00 WIB. Moh. Nasir selaku Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menrisetekdikti) Indonesia, Betti S. Alisjahbana sebagai Ketua Majelis Wali Amanat, dan Ketua Senat ITB turut hadir dalam sidang terbuka ini.

Rangkaian sidang pelantikan dimulai dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, mengheningkan cipta, pembacaan Surat Keputusan (SK) MWA ITB serta pembacaan ikrar jabatan oleh Kadarsah  yang disambung dengan menyanyikan lagu Padamu Negeri. Penandatanganan berita acara pelantikan diantaranya disaksikan oleh Moh. Nasir, Ketua MWA dan Ketua Senat ITB. Setelah itu dilakukan serah terima jabatan dari Akhmaloka pada Kadarah. Kadarsyah akan menggantikan Akhmaloka dengan menjabat sebagai rektor ITB pada periode 2015-2020.

Betti  mengungkapkan dalam pidatonya bahwa saat ini ITB sudah mengalami peningkatan dalam berbagai prestasi. Beberapa prestasi diraih oleh ITB saat masa kepemimpinan rektor Akhmaloka. “Dari hasil laporan akhir yang kami terima, banyak keberhasilan yang sudah diraih rektor sebelumnya, diantaranya adalah ITB berhasil meraih akreditasi internasional untuk 13 program studi,” ujar Betti.

Prestasi ITB pada masa pemerintahan Akhamaloka tidak sampai disitu saja, “ITB juga berhasil menjalin kerjasama dengan 300 perguruan tinggi di 40 negara,” tutur Betti. Selain itu di bidang publikasi dan riset, ITB meraih posisi tertinggi dari perguruan-perguruan tinggi lainnya di Indonesia. “Predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) selama 5 tahun berturut-turut juga menjadi bukti ITB menjalankan tata kelola dengan baik,” tambah Betti.

Dalam pidatonya, Betti tidak lupa untuk mengucapkan selamat dan terimakasih atas prestasi yang telah dicapai oleh Akhmaloka sewaktu menjabat sebagai rektor ITB periode 2010-2014. Di masa kepemimpinan rektor baru selama 5 tahun mendatang, Betti berharap agar ITB bisa lebih maju lagi, khususnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. “Ilmu pengetahuan dan teknologi itu kunci sukses perekonomian modern, masyarakat yang maju selalu diimbangi dengan pendidikan teknologi baik pada sektor industri, pemerintah, maupun perguruan tinggi,” ujar Betti dalam pidatonya.

Sumber: itb.ac.id

SECUIL KISAH TENTANG EWAKO 2014

Oleh: Zein Patricia Harinda

EWAKO. Sebuah momentum besar yang menggemakan kata Sulawesi Selatan di Tanah Sunda, Mengukir kisah perjalanan Unit Kesenian Sulawesi Selatan ITB dalam mengembangkan layar mereka di Bumi Ganesha.
Ewako merupakan acara yang diselenggarakan oleh Unit Kesenian Sulawesi Selatan ITB setiap dua tahun sekali. Kini ewako sudah berlangsung sebanyak 3 kali, yaitu pada tahun 2011, 2012, dan 2014. Ewako ke-tiga yakni ewako 2014 diketuai oleh Alya Ghina Aqila (STF’12), Ewako 2014 yang berlangsung pada bulan November 2014 ini mengusung tema besar “Sulawesi Tungka Sanganna”, dengan membawa tiga rangkaian acara besar yakni pre event ewako, wisata kuliner, dan malam budaya.

Pre event ewako berlangsung pada tanggal 7 November 2014. Pada hari ini massa UKSS melakukan pawai berkelilling kampus ITB dengan rute Sunken Court-Plaza Widya-Campus Center dengan mengenakan pakaian adat khas Sulawesi Selatan dari 3 jenis etnis yang berbeda (Makassar, Bugis, dan Toraja). Sesampainya di Plaza Widya, UKSS manampilkan  sebuah tarian untuk dipertunjukkan kepada massa kampus. Pre-event semakin meriah saat para penari mengajak massa kampus yang sedang berada di area Campus Center untuk ikut menarikan tarian marendeng. Acara pre event ini diadakan untuk mempromosikan acara puncak EWAKO 2014 yakni Malam Budaya Ewako yang akan dilaksanakan pada tanggal 29 November 2014.

Pagelaran malam budaya  dilaksanakan pada hari yang sama dengan wisata kuliner ewako. Wisata kuliner ewako menghadirkan berbagai makanan khas Sulawesi Selatan mulai dari Coto Makassar, Jalangkote, Mi Titi, Barongko, Es Pallubutung, Pisang Ijo, dan masih banyak lagi. Baru beberapa menit stand wisata kuliner ewako dibuka, lapangan voli ITB yang sudah disulap menjadi stand-stand wisata kuliner langsung dipenuhi oleh pengunjung yang penasaran dengan kuliner khas Sulawesi Selatan.

Setelah wisata kuliner selesai, barulah gate menuju Malam Budaya Ewako 2014 dibuka. Malam budaya Ewako menampilkan perpaduan dari berbagai kesenian dan etnis yang ada di Sulawesi Selatan, mulai dari kolaborasi musik, tarian, drama, dan masih banyak lagi. Acara dibuka dengan penampilan To’maparapa yang dibawakan oleh Evan (SBM’13). Sosoknya yang tiba-tiba muncul dari belakang bangku penonton, membawakan To’maparapa dengan suara lantang mampu memukau para penonton dan mengundang tepuk tangan yang sangat meriah.

Penampilan kemudian dilanjutkan dengan kolaborasi alat musik tradisional dan modern, membawakan medley lagu-lagu tradisional Sulawesi Selatan yang dikemas secara modern. Adapun alat musik yang digunakan pada kolaborasi musik yaitu kecapi, suling makassar, gendang bugis, gendang toraja, katto-katto, organ, dan masih banyak lagi. Tidak kalah menariknya dengan To’mapara, kolaborasi musik ini juga mendapatkan sambutan yang meriah dari para penonton, terlebih lagi pada akhir penampilan kolaboraasi musik, seketika seluruh penari naik ke atas panggung mengenakan baju adat yang berbeda-beda dari 3 etnis berbeda yang ada di Sulawesi Selatan. Kemudian para penari ini menarikan tarian kontemporer Sulawesi Pa’rasangata (perpaduan antara tarian tradisional dan salsa) yang mengundang tepuk tangan yang lebih meriah dari bangku penonton. Setelah tari Sulawesi Pa’rasanganta ini, barulah tari paduppa sebagai tarian penyambutan terhadap tamu-tamu kehormatan ditampilkan. Perpaduan antara To’maparapa, kolaborasi musik, tarian kontemporer Sulawesi Pa’rasanganta, dan tari Paduppa menjadi pertunjukkan pembuka Malam Budaya Ewako 2014 yang sukses memukau penonton.

Berbeda dari ewako sebelumnya, sebagai acara utama dari pagelaran malam budaya Ewako 2014, UKSS ITB mempersembahkan drama teater yang mengangkat cerita rakyat Suku Toraja. Drama percintaan bertajuk janji sehidup semati yang berjudul “Batingna Lebonna”. Drama ini merupakan drama Romeo dan Juliet versi suku Toraja. Cerita ini mengisahkan kisah cinta antara Paerangan (diperankan oleh Hifdhi Abdussalam) dan Lebonna (diperankan oleh Ersy Bella) yang harus berakhir menyedihkan dengan kematian Paerengan dan Lebonna dikarenakan adanya pengkhianatan dari sahabat baik Paerengan yang juga sangat mencintai Lebonna. Drama ini juga diselingi dengan beberapa tarian khas Sulawesi Selatan antara lain tari Marendeng Marampa, tari Pattenung, tari Pagellu dan tari 4 etnis yang tidak terlepas dari skenario drama yang telah dibuat.

Setelah pementasan drama “Batingna Lebonna” selesai, pagelaran ditutup dengan penampilan tari Gandrang Bulo yang sangat menghibur penonton. Tari Gandrang Bulo dikemas dengan koreografi yang sangat lincah serta gong show parodi “Ada Apa Dengan Cinta” yang membuat penonton tertawa  sangat lepas. Tarian Gandrang Bulo telah sukses menutup pagelaran Malam Budaya Ewako 2014 dengan kemeriahan yang sangat menghibur penonton. Pagelaran Ewako 2014 merupakan pagelaran ewako yang sangat tidak terlupakan. Tidak hanya menggemakan nama Sulawesi Selatan dan UKSS di Bumi Ganesha, tetapi pagelaran ini juga telah memupuk rasa kekeluargaan, rasa cinta anggota UKSS terhadap kesenian Sulawesi Selatan, dan semangat untuk tetap menggemakan nama Sulawesi Selatan dimanapun berada.

Tentu saja kesuksesan dari acara ini tidak didapatkan secara gratis. Banyak hal yang kami lalui. Rasa senang, tawa, sedih, tangis, frustasi, pertengkaran, perjuangan, latihan mati-matian, kekeluargaan, dukungan, kesabaran, keceriaan, dan masih banyak lagi. Tidak hanya hal-hal yang membuat kami tersenyum, ada juga hal-hal yang membuat kami menangis dan terjatuh. Tapi hal itu tidak mematahkan semangat kami untuk menyukseskan acara ini, kamu tahu bahwa kami selalau bisa bangkit setiap kali terjatuh. Dan karena Ewako ada di dada kami, dan karena Ewako berarti semangat, dan karena nama acara kita adalah ewako, maka tidak ada alasan bagi kita untuk tidak semangat. UKSS! EWAKO! EWAKO! EWAKO!

Alya Ghina Aqila Latihan Ewako Performer Ewako Tari Empat Etnis Tari Gandrang Bulo Tari Sulawesi Parasanganta UKSS ITB Wisata Kuliner Ewako

Toakala, cerita rakyat dari Butta Salewangang

Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung adalah suatu tempat wisata yang sangat indah di Kabupaten Maros Sulawesi Selatan. Dengan keindahan alam dan keanekaragaman kupu-kupu yang ada disana membuat orang-orang menjadi takjub.

Saat tiba di Bantimurung kita akan disambut oleh dua ekor hewan. Pertama ada kupu-kupu raksasa sebagai simbol dari “Bantimurung, The Kingdom of Butterfly”. Dan yang kedua, dibelakang kupu-kupu raksasa itu terdapat sebuah patung kera raksasa. Patung kera ini erat kaitannya dengan cerita rakyat masyarakat butta salewangang Maros yaitu “Toakala”.

Toakala adalah sebuah parikadong atau cerita rakyat Bugis Makassar yang dahulu sangat populer di Kabupaten Maros. Kisah Toakala yang menceritakan tentang sebuah kerajaan Toale sebuah kerajaan yang  saat ini menjadi lokasi permandian alam Bantimurung, Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Namun sayangnya cerita ini sudah dilupakan oleh banyak orang, bahkan masyarakat Maros itu sendiri.

Bagi teman-teman yang belum tahu ceritanya, berikut ini rangkuman cerita Toakala.

1622091_1022773527737523_3390147106313442049_n

———————————————————————————————————-

Bermula ketika lahir seorang putri yang cantik jelita di kerajaan Cenrana, ia diberi nama  Bissudaeng. Karena kecantikan dan kelembutannya, jangankan kaum lelaki pada Zaman itu, binatang pun hampir semua tertarik dan akrab kepadanya.

Tersebutlah seorang raja dikerajaan  Toakala, yang memerintah banyak Kera, ketika sunyi melarutkan semedinya, kecapi emas di pangkuannya itu sesekali terdengar menghenyakkan alam Benti Merrung, (nama asli Bantimurung), maka teringatlah ia kepada Bissudaeng saat pertemuanya dipesta raga yang diadakan di kerajaan Marusu. Dalam semedinya Ia pun menerawang, terdengarlah alunan syair lampau yang seumur dengan alam tersebut, “ndi…, sudah dua purnama kita tak bertemu, badanku gemetar hingga kelubuk hatiku, aku…. takkan biarkan karaeng mengurungmu di Istana Cenrana. Oh angin..sampaikan rinduku kelubuk hatinya, sebab tak bersamanya serupa dengan kematian,  Jika aku tak mempersuntingmu Bissudaeng…..biarlah para dewa mengutukku. Bissu Daeng….Oh… Bissu Daeng , Aku bersumpah,……!, o…Boting Langi*’…. Kutuklah  aku menjadi Kera putih jika taqdirku tak bisa mempersuntingnya.

Tiba-tiba bumi berguncang, langit menyeramkan, angin bertiup kencang, petirpun menyambar menjemput sumpah Toakala. Melihat kejadian yang tiba-tiba itu bala tentara Toakala datang dengan tergopoh-gopoh penuh keheranan. katanya “Ada apa Toa, kenapa teriak –teriak, yang menyebabkan alam bergemuruh, padahal aku sementara mengintai Bissudaeng Toa…, lihatlah, di istana Cenrana selalu ramai “, Bissudaeng betul-betul dikelilingi tau kabbalana (kebal senjata) Cendran”, seru kerakara tersebut. “tapi kita pakai akal Toa”, sambil sikapnya melirik pada tuannya, kata seekor kera yang di duga sebagai panglima dari kera tersebut.

Tiba-tiba salah seekor kera  meraih bende dan mengintai kerajaan Cenrana, sambil mengelus-elus badannya, Puto Bambang Riabbo bertanya, pada temannya yang memegang bende, “ siapa yang kau lihat ? dengan berbisik Puto Manniri Ballo menjawab “Bissu Daeng”. Karena penasaran ingin melihat Bissu Daeng, kelima bala tentara Toakala berebut bende tersebut. Puto Garese Ribulo berhasil merebut teropong itu, sambil menggamati, iapun berkata dengan kesalnya, “ ede…..deeeeeeeeh, ka bukan Bissudaeng, tau lolo mandi di Sungai,   Dengan geram Toakala memanggil tentaranya beranjak dari tempat itu.

Pada sebuah taman dekat Balla Lompoa, terdengarlah riuh merdu suara seorang wanita. Setelah beberapa kerumunan yang melingkarinya bergeser, tampaklah  Bissudaeng dihiasi kupu-kupu, pada mahkotanya, rupannya ia sedang bermain dengan dayang-dayangnya. Tapi tak lama setelah keceriaan itu tampaklah sang putri sedang dilanda gundah gulana.

Tanrosai salah seorang dayang-dayang bertanya, “ Kenapa putri tidak berusaha membujuk karaeng untuk tidak meneruskan keinginannya menjodohkan putri dengan putra kerajaan Marusu, bukankah putri ……?” (tukas cepat), Bissudaeng memotong pembicaraan Tanrosai“Toakala maksudmu Tanrosai, Karaeng adalah ayahandaku, Toakala adalah hidupku. Tapi perjodohan ini sudah tergaris sejak aku masih dalam ayunan.

Tiba-tiba Kanang, dayang lain berbicara meskipun dengan suara yang gemetar, “ maafkan saya putri jika hamba lantang bicara, seandainya putri meninggalkan istana ini, apa yang akan terjadi ?” , “perang kanang”, kata tanrosai jelas-tegas. Kanang menimpali . Artinya jika itu gagal ….Kerajaan Marusu akan memerangi kerajaan Cenrana?.

Dengan perasaan gundah gulana, Bissudaeng meninggalkan taman itu bersama dayang-dayangnya menuju istana. Tak dinyana tiba-tiba, Bissudaeng di dicegat oleh sekelompok pasukan kera, alhasil Bissudaeng pun diculik, sambil diarak oleh sekelompok kera yang membawanya menuju jalan ke istana kerajaan Toakala.

Perasaan gembira pun meliputi bala tentara Toakala dengan tak sadar berteriak memanggil rajanya,  “Toa…. Bissudaeng, Toa…., Toa….Bissudaeng Toa….”, sambil menggiring Bissudaeng mendekat kearah Toakala yang sedang terkesima, Perasaan Toakala menjadi tak menentu, sambil menatap dalam pada Bissudaeng.

Berkatalah ia dengan suara dingin dan getar, “ Semua ini  terpaksa aku lakukan  Bissudaeng, aku tak pernah gentar menghadapi kerajaan Marusu dan kerajaan Cenrana dan aku sudah siap perang, tak ada yang bisa menghalangiku. Tidak ada yg bisa menghalangiku…!”. suara Toakala seakan  gelegar yang memenuhi langit, pekikan kerapun terdengar nyaring nampaknya ketegasan Toakala membuat Bissudaeng dan para tentaranya menjadi takut.

Suasana sakralpun memenuhi ruang semesta, hening sejenak ketika lamat-lamat prajurit dan kelompok kera tersebut meninggalkan mereka berdua.

Dengan perasaan sedih, Bissudaeng berkata, “ Sejak pertemuan kita diarena permainan raga di Balla Lompoa, banyak putra-putra kerajaan yang hadir. Aku tak pernah lupa ketika daeng menjatuhkan bola raga di pangkuanku dalam acara marraga itu, peristiwa itu membuat semua orang menatapku tak terkecuali  ayahandaku…, aku berusaha menyakinkan semua orang kalau aku mencintaimu, tapi…. ayahku tetap ayahku,  jadi aku harus patuh kepadanya”.

Toakala  lalu berkata, “ belum cukupkah bukti cinta itu pada semua orang ketika dengan sengaja menjatuh raga itu di pangkuanmu. Ingatkah engkau dengan sutra ini, ku masih menyimpannya ndi.. menyimpanya, Selendangmu ini lebih dari hidupku….

Ditengah pergulatan hati Bissudaeng tentang perjodohannya, kepatuhan pada ayahandanya sekaligus cintanya yang juga mendalam pada Toakala, mengantarainya untuk sampai pada sebuah keputusan pasrah lewat tantangan yang akan dimintanya pada Toakala.

Bissudaeng pun berkata, “jika demikian bisakah daeng  mengabulkan permintaanku sebagai mahar ke-permaisuri-an ku. “. ” Apa itu Ndi. “, Toakala menyambung pembicaraan  Bissudaeng dengan sigap dan cepat,” Bendung tujuh mata air di kerajaan Simbang, dan buatkan aku permandian air terjun di Je’ne Taesa “., Pinta Bissudaeng terbata-bata, Toakala menimpali dengan tegas” Jangankan air terjun dinda, istana berlapis emaspun akan aku buatkan“. Merasa dilematis, Bissudaeng pun berkata “Tapi aku hanya memberi waktu satu malam daeng, kalo kanda tidak bisa menyelesaikannya dalam satu malam, berarti saya harus kembali keistana”.

Tanpa bicara Toakala pun mulai bekerja dengan penuh keyakinan, ia mengerjakan permintaan  Bissudaeng semalam suntuk. Peluh mengalir membasahi tubuh Toakala Sejenak ketika  permandian air terjun tersebut hampir selesai, ayampun berkokok menandakan fajar akan segera muncul.

Toakala semakin gencar untuk menyelesaikan pekerjaannya namun, tiba-tiba matahari terbit, langit menjadi mendung, sebuah gejalah alam yang tak biasa, suara Guntur dan petir saling menyambar, pertanda sebuah kutukan telah jatuh dari Dewata Seuwwae.

Toakala berteriak histeris, “Bissudaeng……..,Bissudaeng…….”

Ditatapnya sang kekasih yang terakhir kali, ia tak berdaya oleh taqdir, disela tenaga yang hampir habis, Toakalapun perlahan tumbuh bulu-bulu panjang putih yang menutup seluruh tubuhnya, dipaksakannya panggilan pada kekasihnya yang terakhir kali tapi, Bissudaeng tak lagi bisa mendengarnya, ia hanya menyambut isyarat suara itu dengan lambaian tangan, didepan Bissudaeng berdirilah    patung seekor kera putih, yang kakinya basah oleh tangis Bissudaeng yang di tinggalkan, suara suara alam seakan terhenti tergantikan dengan suara tangis seorang perempuan cantik, “Daeng……” isak tangis Bissudaeng  memenuhi keheningan alam Benti Merrung. …

SELESAI

1525767_1022772344404308_181018809317700199_n

Bende = semacam teropong

Benti Merrung = Bantimurung

Boting Langi = penguasa langit

Dewata seuwwae = dewa di langit

Je’ne Tae’sa = tempat yang tak pernah kering/ selalu berair.

Balla Lompoa’ = Rumah kerajaan.

Wali Kota Makassar Siapkan 300 Hektar Lahan untuk Ladang Panel Matahari

Walikota Makassar, Dany Pomanto mengakui akan menyiapkan sebanyak 300 hektar lahan di wilayah barat Makassar untuk dijadikan sebagai ladang panel matahari.
“Memang banyak yang bilang ini mahal, tapi Jepang sudah menjanjikan punya panel yang murah,” katanya, Kamis (22/1/2015).
Danny mengakui bentuk kerjasama yakni Jepang membangun Makassar dalam bentuk investasi.
“Semua mereka yang bangun. Yang bebaskan lahan mereka juga. Jadi ini untuk pembangunan Makassar juga,” katanya. (source : Tribun-Timur.com, Makassar)

Rumah Kos Diserang Bom Molotov

Pada hari selasa tanggal 27 Januari 2015 dinihari, satu rumah kos mahasiswa di jalan Minasaupa blok B9 no.8 Makassar menjadi sasaran orang tidak dikenal. Penghuni rumah kos tersebut pun berhamburan keluar dihantam rentetan bom Molotov.
Penyerang juga melepaskan anak panah dan senjata papporo. Setelah menyerang dan melihat rumah kos tersebut sudah kosong, sontak penyerang tersebut merampok semua barang barang berharga yang terdapat dalam rumah tersebut.
Saksi menyebut, pelaku sekitar 50 orang, Pelaku tersebut menggunakan helm dan kain penutup wajah. Warga sekitar yang mendengar penyerangan tersebut tidak berani untuk mendekat. Setelah penyerangan selesai warga beramai-ramai memadamkan api di ruang tamu rumah kos akibat dari ledakan bom Molotov tersebut, (source : FajarOnline, Makassar)

Kodam VII Wirabuana Deteksi Dini Pergerakan ISIS di Sulsel

Komando Daerah Militer (Kodam) VII Wirabuana akan melakukan pengawasan sedini mungkin untuk memantau pergerakan daerah yang diduga akan menjadi target penyebaran paham Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di wilayah Sulawesi Selatan.

Pasalnya di Negara Indonesia, khususnya Sulsel dikhawatirkan akan menjadi sasaran pergerakan ISIS untuk merekrut anggota.

“Kami akan terus melakukan deteksi dini. Jika ada pergerakan dan penyebaran paham ISIS,” ujar Pangdam VII Wirabuana, Mayjen TNI Bachtiar, Selasa (27/1/2015). (source : Tribun-Timur.com, Makassar)

Tutroial Tari Panduppa


Salah satu tarian putri yang cukup terkenal di ranah Sulawesi Selatan adalah tari Paduppa. Tari Paduppa merupakan tari tradisional yang berasal dari Bugis yang bertujuan untuk memberi penghormatan dalam menjemput dan menjamu tamu agung. Tarian ini menggunakan properti bosara’, yang dalam suku Bugis dan Makassar digunakan sebagai wadah untuk meletakkan kue jamuan untuk tamu. Jumlah penari yang ada di tarian ini sekitar 3 sampai 7 orang. Yuk kita mengenal tarian ini. Silakan mendownload video tutorial yang disediakan di bawah 🙂

EMPAT KATA SEDERHANA

Oleh: Zein Patricia Harinda

Cerita Tentang UKSS UKSS. Unit Kesenian Sulawesi Selatan.

Satu setengah tahun yang lalu, saat aku baru menginjakkan kaki di kampus ganesha ini, kata-kata Unit Kesenian Sulawesi Selatan sama sekali tidak memiliki arti yang berharga untukku. Hanya empat kata sederhana yang bahkan menurutku tidak akan berpengaruh banyak terhadap hidupku. Aku tahu benar kata-kata Unit Kesenian Sulawesi Selatan merepresentasikan sebuah perkumpulan yang anggotanya terdiri dari orang-orang yang berasal dari Sulawesi Selatan, sebuah provinsi yang terletak di bagian paling selatan pulau Sulawesi yang beribukotakan Makassar (dulunya bernama Ujung Pandang). Tapi apa peduliku? Jelas-jelas aku bukan berasal dari daerah yang bernama Sulawesi Selatan ini. Tempatku lahir jauh berada di bagian utara pulau Sulawesi yaitu Gorontalo, arah yang sangat berlawanan dengan letak Sulawesi Selatan. Selain itu, darah Sulawesi Selatanpun sama sekali tidak mengalir di tubuhku. Jadi.. yah, aku sama sekali tidak punya hubungan dengan UKSS dan sedikitpun tidak pernah terbersit di pikiranku untuk menjadikan UKSS sebagai bagian dari hidupku.

Tapi suatu hari, sesuatu terjadi. Sesuatu yang saat itu kusebut dengan istilah “kecelakaan”. Hari itu tanggal 1 September 2012, matahari bersinar lebih terik dari biasanya. Aku bersama dua teman karibku sedang menyusuri jalan-jalan kecil di ITB yang di sisi kiri dan kanannya telah  didirikan stand-stand dengan dekorasi yang sangat berbeda satu sama lainnya. Ada beberapa stand yang dikerumuni oleh banyak orang, dan ada juga stand yang sepi akan pengunjung sehingga membuat para penjaga stand melakukan berbagai cara untuk menarik perhatian orang-orang yang berlalu lalang.

Ya, hari itu adalah hari diselenggarakannya Open House Unit atau yang lebih dikenal dengan nama OHU, hari dimana hampir seluruh mahasiswa baru tahun itu mendaftarkan diri mereka di unit ataupun perkumpulan yang mereka minati. Saat itu ditanganku sudah tergenggam beberapa stiker yang aku dapatkan sebagai bukti telah mendaftar di beberapa unit yang ada. UKJ, Pasopati, dan Gamais.

Cukup. Mungkin setelah ini aku harus pulang ke kosan dan beristirahat, mengingat pada hari itu mataharinya lumayan terik yang berhasil membuatku berkeringat lebih banyak dari biasanya. Aku sudah mendaftarkan diri di unit-unit yang aku minati. Done. Pekerjaanku selesai. Tapi memang, kadang-kadang tidak semuanya bisa berjalan sesuai rencana.

“Ayo kita kesana!” ujar salah seorang teman karibku sambil menarik tangan kananku dengan paksa. Aku bahkan tidak sempat memberikan respon terhadap ajakannya. Ia langsung menarikku ke arah sebuah stand, yang jujur… pada saat ini ingatanku terhadap stand tersebut sudah menghilang hampir 95%. Hal yang masih aku ingat dari stand itu hanyalah sebuah meja panjang yang lumayan rendah dan diatasnya diletakkan sebuah laptop (entah merk apa) yang digunakan untuk mendaftarkan diri sebagai anggota baru unit tersebut. Apalagi kalau bukan UKSS. Unit Kesenian Sulawesi Selatan yang menjadi kalimat pembuka pada tulisan yang mungkin tidak akan terlalu panjang ini.

Selanjutnya beberapa orang mungkin sudah bisa menebak apa yang akan aku tulis setelah ini. Ya, aku dipaksa oleh seorang teman yang mengajakku ke tempat ini untuk ikut bergabung sebagai calon anggota UKSS. Awalnya aku ‘ogah-ogahan’, tapi setelah dipaksa (sepertinya temanku ini ngotot dan tidak mau menyerah) akhirnya aku tersenyum, mengatakan “ya”, dan segera mengetikkan namaku di laptop yang terletak diatas meja tersebut. Tapi yang terbersit pada pikiranku saat itu adalah “tulis saja namamu. Toh hanya menulis nama. Daripada temanmu terus saja memaksa. Setelah itu kan gampang, kalau kau tidak ingin bergabung, kau hanya tidak perlu datang pada pertemuan-pertemuannya”. Maka setelah OHU berakhir dan setelah akhirnya aku mendapat jarkom dari UKSS untuk melaksanakan pertemuan perdana, aku hanya memandang sms yang berisi jarkom pertemuan perdana itu dengan sangat tidak tertarik. Ya, yang aku lakukan adalah mengabaikan setiap sms berisi jarkoman yang berasal dari UKSS.

Minggu demi minggu berlalu semenjak OHU berakhir, dan setiap minggunya aku mendapat sms jarkoman dari UKSS walaupun sama sekali tidak pernah kupedulikan. Hingga pada suatu hari, seseorang mengirimiku sms. Pesan lebih personal dari salah satu calon anggota UKSS angkatanku yang mengajakku untuk berpartisipasi pada pagelaran budaya yang diselenggarakan oleh UKSS, yaitu EWAKO. Awalnya aku mencari seribu satu alasan untuk menolak ajakan ini, tapi entah ada angin apa yang membuatku tidak bisa berpikir jernih saat itu sehingga akhirnya menerima ajakan dari salah seorang teman ini. Mungkin bisa dibilang ini adalah awalnya. Awal yang membuat UKSS menjadi bagian dari hidupku.

Pertemuan perdanaku dengan anggota UKSS adalah momen yang bisa dibilang tidak bisa aku lupakan. Bagaimana tidak, pertama kali aku bertemu dengan orang-orang ini, entah kenapa aku merasa seperti berada di rumah, padahal aku belum mengenal mereka semua dengan baik, tapi sikap ramah yang mereka tunjukkan membuatku merasa nyaman berada di sekitar mereka. Mungkin beberapa orang akan menganggap ini lebay atau hanyalah kalimat gombal atau apapun istilahnya. Tapi yang aku tuliskan adalah apa yang aku rasakan. Dan hal ini jujur membuatku menyesal telah mengabaikan segala bentuk jarkoman UKSS yang mungkin sudah menjadi koleksi di hp nokia kesayanganku.

Di UKSS aku bertemu banyak orang. Bukan hanya orang yang berasal dari Sulawesi Selatan, tapi dari berbagai daerah di Jawa, bahkan orang yang sama sepertiku yang tidak memiliki darah Sulawesi Selatan. Kemudian disini aku diajarkan tarian-tarian dan sepotong kecil budaya Sulawesi Selatan yang membuatku jatuh cinta. Ya, aku jatuh cinta pada Sulawesi Selatan, pada segala bentuk budaya dan seni di Sulawesi Selatan. Mulai dari empat etnis yang terkenal di Sulawesi Selatan yaitu Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar, tarian-tariannya, hingga adat-adatnya, bagiku semuanya sangat menarik untuk dipelajari.

Rasa penasaranku terhadap Sulawesi Selatanpun berdampak pada keinginanku untuk singgah di tempat ini. Sayangnya seringkali hal ini hanya sebatas wacana. Tapi akhirnya keinginanku untuk ke tempat ini bisa terwujud pada tanggal 15 Januari 2013. Meskipun bisa dibilang sangat singkat, dan pada saat itu aku hanya berhasil mengunjungi tempat-tempat yang berada di kota Makassar seperti pantai Losari dan Fort Rotterdam (padahal daerah yang paling membuatku penasaran adalah Toraja), tapi aku sangat menikmati hari-hariku yang sangat singkat di Kota Makassar ini, terlebih lagi aku bisa bertemu dengan anak-anak UKSS yang saat itu juga berada di Makassar.

UKSS telah membuatku jatuh cinta. Jatuh cinta pada UKSS dan jatuh cinta pada budaya Sulawesi Selatan (walaupun dmeikian Gorontalo tetap nomor satu di hati ^^). “kecelakaan” yang aku maksudkan pada awal cerita ini merupakan kecelakaan yang berdampak baik dan mungkin harus aku syukuri, atau mungkin lebih tepatnya kata “kecelakaan” itu diganti dengan kata “takdir”? Di UKSSpun aku diajarkan banyak hal, oganisasi, kesenian, dan masih banyak lagi, aku juga menemukan kehangatan keluarga disini. Tawa, tangis, bahagia, sedih, suka, duka, senang, susah semuanya dibungkus jadi satu dan dilalui bersama-sama. Dan saat menulis ini tiba-tiba aku teringat pada masa-masa sulit (menguras tenaga) yang dilalui UKSS, khususnya masa-masa menjelang diselenggarakannya acara-acara besar UKSS seperti Ifos, CVG, dan EWAKO. Masa-masa itu memang merupakan masa-masa yang sulit dan susah, tenaga serasa dikuras terus-menerus, tapi aku salut pada anggota UKSS, karena mereka melaluinya tanpa patah semangat, dengan satu tujuan yaitu untuk lebih memajukan UKSS, dan momen-momen seperti inilah yang membuat semangat dan kekeluargaan di UKSS semakin terasa.

Sebenarnya masih sangat banyak cerita-cerita yang terukir di UKSS. Persahabatan, perjuangan, keluarga, cinta, budaya, dan masih ada banyak lagi, ratusan, ribuan, bahkan jutaan cerita yang mungkin berbeda tiap generasinya.

Unit Kesenian Sulawesi Selatan. Empat kata sederhana yang memiliki arti berharga dalam hidupku.

Award Media Compilation Winner

LAPORAN TIM ALUMNI

Oleh : Abdhy Gazali

 

Halo agangersss….!! Kali ini kita akan membahas tentang Tim Alumni UKSS ITB 2013/2014.  Nah, seperti yang kita ketahui bahwa kepengurusan Badan Pengurus Harian (BPH) UKSS periode 2013/2014 kali ini memiliki visi dan tujuan utama untuk Eksis Eksternal. Nah, salah satunya adalah dengan mengusahakan terbentuknya Ikatan Alumni (IA) UKSS ITB. Sehingga, terdapat suatu badan yang fokus untuk melakukan pekerjaan ini yang disebut Tim Alumni UKSS ITB 2013/2014. Tim Alumni ini memiliki tugas untuk mengusahakan terbentuknya ikatan alumni yang telah diinisiasi pada kepengurusan BPH UKSS sebelumnya (periode 2012/2013). Diketuai langsung oleh Muh. Abdhy Gazali HS (T. Sipil 2012) dan dibantu oleh beberapa orang di setiap angkatan mulai dari 2012 sampai 2009. Tim Alumni dibawahi langsung oleh Divisi Alumni dan Ekstrakampus yang diketuai langsung oleh Adli Anshari (Astronomi 2012) yang merupakan badan yang sangat diharapkan mampu untuk mereaslisasikan cita-cita BPH membentuk ikatan alumni UKSS. Selain itu, divisi ini berada di bawah Departemen Eksternal yang diketuai langsung oleh Muhammad Helmi Al-Amin (T. Elektro 2011).   Agangers sekalian tahu kan kalau UKSS itu adalah salah satu dari empat unit seni budaya tertua di ITB yang terbentuk pada tahun 1972, namun belum memiliki ikatan alumni. Sangat miris yah, karena UKSS harusnya memiliki banyak alumni, tapi sampai saat ini masih sebagai status komunitas alumni dan tidak ada badan resmi yang melegalkan adanya ikatan alumni ini. Tetapi komunikasi dengan alumni masih berjalan dengan media social yang ada. Alumni-alumni UKSS sebelum vakum tahun 1990-an, sebut saja alumni tua, biasa dihubungi lewat milis alumni dan alumni-alumni UKSS mulai tahun 2000-an sampai sekarang memiliki grup media social di facebook. Lebih gaul alumni-alumni muda kan J Awalnya, alur pencapaian tujuan untuk membentuk IA UKSS dilakukan oleh Tim Alumni sebegai berikut: Melakukan observasi ke unit lain di sunken tentang alumni mereka. Ini memberi kita motivasi sebagai unit yang tua namun belum memliki ikatan alumni. Pembentukan pansus. Terdiri dari orang-orang yang bisa membantu Tim Alumni mendekatkan diri dengan alumni (punya koneksi). Pendataan massa ukss yang pernah berhubungan langsung dengan alumni Mendata alumni-alumni yang paling berpengaruh sehingga bisa membantu mengajak temannya. Tim Alumni akan mengerjakan proker –proker yang menunjang pembentukan IA Program kerja yang menunjang pembentukan ini adalah Update Database, Face to face alumni, dan Temu Alumni.   Di dalam keberjalanannya, Tim Alumni sudah membentuk tim khusus yang terdiri dari beberapa orang yang bisa membantu keberjalanan program kerja tim ini. Orang-orang yang termasuk ke dalam Tim Alumni adalah Muhammad Firmansyah Kasim (T. Elektro 2009), Hasfian Febrianto (T. Sipil 2010), dan Muhammad Rizki (T. Metalurgi 2011). Namun mereka yang tergabung di dalam tim ini hanya sebatas orang-orang yang diajak berkonsultasi dalam hal pembentukan IA UKSS ini. Selanjutnya diadakan Update Database dengan mencari data-data baru alumni yang sudah ada dan membuat database baru untuk alumni yang baru lulus di bulan april, juli, dan oktober 2013. Alhamdulillah, untuk update database ini berjalan dengan lancan dan hambatannya mungkin pada saat memastikan data alumni masih aktif atau tidak dan pada saat mencari data baru untuk alumni baru. Akhirnya pada bulan Juli diadakan pertemua perdana alumni untuk menjawab program kerja Divisi Alumni dan Ekstrakampus ini. Pertemua ini diadakan di Jakarta pada tanggal 27 Juli 2013 dan dirangkaikan dengan acara buka puasa bersama. Acara Buka Bersama dan Diskusi Alumni dan Pengurus UKSS yang dihadiri oleh Alumni (Patta 99, Azril 99, Alwi 01, Syadli 01, Lukman 02, Ikki 04, Maya 05, Daffi 08) dan Pengurus UKSS yaitu Fadel Syahputra Gani (Ketua UKSS, T. Perminyakan 2011), La Ode Arudani (T. Elektro 2010), dan Fauzan Akbar (T. Elektro 2012). Hasil Pertemuan Alumni UKSS dengan Pengurus UKSS: Pengurus UKSS akan terus memperbaharui data base Alumni UKSS. Data Alumni Senior akan coba ditrace melalui informasi2 dari Alumni dan IA-ITB. Alumni Muda dimohon menginformasikan data diri (Nama, Angkatan, Jurusan, Instansi/Perusahaan, Bidang Pekerjaan/Profesi, Spesialisasi, Nomor Telepon, Email) juga membantu mendata alumni senior yang belum terdata. Pengurus UKSS akan membuat Bank Accout atas nama UKSS untuk keperluan donasi. Jika data base sudah cukup memadai, akan diusahakan pembentukan IA-UKSS-ITB secara resmi dengan melibatkan seluruh alumni UKSS seluruh angkatan. Untuk menuju kesitu, untuk sementara ditunjuk (didakwa) sebagai koordinator Alumni, Muhammad Alwi. Pengusurs UKSS diminta untuk mempublikasikan seluruh kegiatan baik dalam bentuk gambar atau video untuk kemudian dishare ke alumni melalui media milis, group facebook atau youtube channel. Akan diusahakan lebih sering melakukan kegiatan kumpul-kumpul baik antar Alumni maupun Alumni dan Pengurus UKSS. Gitu agangers, jadi sebenarnya pada saat itu sudah mulai ada koordinator untuk membentuk IA UKSS ini, namun karena beliau merasa masih muda dan merupakan angkatam muda UKSS, beliau merasa masih belum mampu secara materi untuk memimpin alumni UKSS, sehingga masih harus diusahakan untuk pembentukan IA UKSS. Walaupun demikian, hasil pertemuan alumni itu juga menghasilkan sumbangsih Alumni yang akan banyak membantu adek-adek UKSS, yaitu: Membuka diri bagi adik-adik Mahasiswa dan lulusan baru UKSS-ITB. Bantuan bagi adik-adik yang ingin KP, TA dan Magang di Perusahaan.  Bantuan berupa informasi-informasi penting, link-link ke orang-orang penting untuk kepentingan Pencarian Dana Kegiatan UKSS, KP, TA dan Magang, dsb. Knowledge sharing. Yang punya waktu atau lagi main ke Bandung mungkin bisa mampir ke UKSS untuk berbagi ilmu, pengalaman tentang dunia kerja dan motivasi bagi adek-adek UKSS. Adek-adek UKSS ternyata perlu banyak tips dan trick memasuki dunia kerja, memilih bidang atau spesialisasi apa yang cocok, dsb. Banyak hal lah yang bisa dishare!. Membantu menginformasikan data diri alumni dan juga membantu menginfokan sekiranya ada Alumi Senior yang masih belum terdata yg anda ketahui atau anda curigai sebagai alumni UKSS. Sumbangan suka rela. Namanya juga suka rela, tidak dipaksa, tidak dibatasi dan tidak diatur. Seikhlasnya. Terbersit ide tadi malam, Pengurus UKSS akan membuat bank Account atas nama Pengurus UKSS, bagi kakak-kakak yang ingin menyisihkan penghasilannya perbulan untuk UKSS bisa ditransfer ke rekening tersebut. Let say 50rb perbulan dari tiap alumni akan sangat berarti untuk mensupport kegiatan UKSS. Bagi yang bisa nyisihin lebih very very welcome. Sekali lagi ini suka rela. Segala pertanggung jawaban atas dana-dana yang masuk tersebut akan rutin dilaporkan oleh Pengurus UKSS ke Alumni via milis dan group alumni, semua dikelola transparan. Setelah pertemuan itu, hubungan alumni dan pengurus tetap terjaga dengan baik bahkan ada autodebet dari alumni setiap bulannya di dalam kas UKSS. Kemudian untuk mengejar terbentuknya IA UKSS yang sudah dikoordinatori oleh Alwie Muhammad, dinisiasi lagi pertemuan alumni pada saat CVG (namun gagal karena waktu kurang strategis) dan di akhir kepengurusan tanggal 16 Februari 2014 (namun gagal juga karena alumni sedang sibuk). Sehingga kami berkonsultasi dengan alumni-alumni tua, sebut saja namanya adalah Johnny Patta (pembina UKSS sekarang) dan A. Mallombassi atau yang biasa kita kenal Pak Omba (salah satu pendiri UKSS). Kendala terbesar adalah di saat kami sedang semangat-semangatnya untuk membentuk IA UKSS, ternyata inisiasi yang dilakukan di kepengurusan sebelumnya tidak maksimal. Malah mengharuskan kami menginisasi ulang untuk mengembalikan semangat alumni-alumni UKSS untuk membentuk IA UKSS karena sebenarnya pada tahun 2012 (pada saat pagelaran Ewako), alumni-alumni UKSS sudah cukup semangat untuk membentuk IA UKSS dan hampir pasti terbentuk. Tetapi karena pada saat itu semua elemen dari UKSS sedang fokus untuk pagelaran Ewako tahun 2012, tidak ada yang melakaukan follow-up kepada alumni untuk pembentukan IA UKSS ini sehingga mereka merasa cukup kecewa karena tidak dilibatkan di Ewako dan menurunkan semangat mereka yang awalnya ingin membentuk IA UKSS. Ada banyak manfaat yang kita dapatkan baik itu alumni maupun anggota UKSS saat IA UKSS ini terbentuk, namun harus dikaji ulang lebih baik lagi untuk bisa mengembalikan semangat alumni dalam pembentukan IA UKSS yang merupakan cita-cita BPH periode 2013/2014.